
Keerom, Papua – Di ujung timur negeri ini, di antara heningnya hutan Papua dan hamparan tanah perbatasan, cerita persaudaraan kembali hidup. Di Kampung Yanemyo, Distrik Arso Timur, tangan-tangan prajurit dan warga menyatu dalam kerja tulus: membangun sebuah rumah ibadah.
Hari ini, Rabu (28/5/2025), Satgas Pamtas RI–PNG Yonif 131/Brajasakti Pos Yamara bersama masyarakat bergotong royong membangun Gereja GKI yang menjadi pusat iman dan harapan warga kampung.
Dipimpin oleh Serda Arya, para prajurit turun langsung memikul batu, mencampur semen, dan membantu menata struktur gereja bersama warga. Tak ada sekat pangkat, tak ada pembeda seragam atau bahasa—hanya satu semangat: membangun dengan cinta dan keyakinan.
“Kami hadir bukan hanya untuk menjaga perbatasan, tapi juga menjadi bagian dari masyarakat. Ketika mereka membangun rumah ibadah, kami pun ikut berdoa dan bekerja bersama. Karena di sinilah makna sejati dari pengabdian,” ungkap Serda Arya penuh haru.
Di antara warga yang hadir, tampak Bapa Yakob Kombo (55), salah satu tokoh masyarakat kampung. Matanya berkaca-kaca, suaranya pelan namun penuh makna.
“Kami tidak menyangka. TNI yang dulu kami anggap hanya penjaga batas, hari ini menjadi saudara kami yang ikut membangun tempat doa kami. Ini lebih dari sekadar bantuan fisik, ini adalah kasih persaudaraan,” ucapnya dengan suara bergetar.
Gereja itu belum selesai dibangun, tapi harapan sudah tumbuh. Di antara tumpukan batu dan kayu, berdiri semangat toleransi dan cinta antarumat beragama. TNI dan warga berbeda keyakinan, namun disatukan oleh iman akan kemanusiaan dan kepedulian.
Di tanah yang pernah dingin karena jarak dan trauma, hadir kehangatan dari peluh kebersamaan. Satgas Yonif 131/Brajasakti tak sekadar hadir sebagai penjaga tapal batas negara—mereka hadir sebagai pelindung harapan, penguat iman, dan sahabat yang merangkul semua perbedaan. Bersama Braja Sakit, perbatasan bukan batas, tapi titik awal cinta kasih merawat negeri.
(Bro/Sulaiman)







