Melonjak 2.293 Persen! Ini Rahasia UNAIR di Usia ke-71

Edukasi62 Views

Surabaya, – Di usia ke-71 tahun, Universitas Airlangga (UNAIR) tampil bukan hanya sebagai kampus unggulan, tetapi juga sebagai mesin inovasi yang tak henti berlari. Angka-angka prestasinya mencengangkan dimana dalam lima tahun terakhir, capaian mahasiswa UNAIR melonjak 2.293% dimana dari 43 prestasi pada tahun 2020 menjadi 1.029 pada 2025.

Bukan hanya di tingkat nasional. Prestasi internasional mahasiswa UNAIR juga mening­kat 349%, dari 479 pada 2020 menjadi 2.138 pada 2025. Rektor UNAIR Prof. Dr. Muhammad Madyan, S.E., M.Si., M.Fin. menyebut lonjakan itu sebagai hasil kerja keras bersama dan perubahan paradigma besar-besaran dalam ekosistem akademik.

“Mahasiswa UNAIR sekarang tidak hanya mengejar nilai, tapi juga berani berinovasi dan bersaing di panggung dunia. Kita membuka banyak kolaborasi lintas negara dan lintas disiplin,” ujar Prof. Madyan dalam peringatan Dies Natalis ke-71 di Aula Garuda Mukti, Kampus MERR-C, hari ini, Selasa (11/11/2025).

Dies Natalis kali ini menjadi ajang refleksi perjalanan panjang UNAIR. Menurut Prof. Madyan, usia 71 tahun adalah momentum untuk meneguhkan kembali arah UNAIR sebagai World Class Entrepreneurial University dimana diarahkan menjadi kampus yang tidak hanya mencetak sarjana, tetapi juga melahirkan solusi nyata bagi masyarakat.

UNAIR juga menorehkan capaian penting di bidang keberlanjutan. Kampus ini meraih Certificate of Compliance dan UI GreenMetric Trees Rating, dua pengakuan bergengsi atas komitmen terhadap pembangunan kampus hijau dan ramah lingkungan. “Reputasi global itu penting, tetapi yang lebih penting adalah dampaknya bagi manusia dan bumi,” ujar Madyan.

Salah satu rahasia di balik lompatan prestasi UNAIR adalah keberhasilan membawa riset keluar dari ruang laboratorium menuju pasar, industri, dan masyarakat. Tiga inovasi unggulan UNAIR menjadi contoh nyata:

  1. Vaksin ASF dan PMK dari Fakultas Kedokteran Hewan, hasil kolaborasi dengan PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia dan Badan Karantina Indonesia.

  2. AirbiliNest, alat fototerapi portabel dari Fakultas Kedokteran, bekerja sama dengan PT Astra Komponen Indonesia dan PT IDS Medical System Indonesia.

  3. X-Manibus, robot terapi berbasis Internet of Things dari Fakultas Sains dan Teknologi.

“Kita ingin setiap riset tidak berhenti di jurnal. Ia harus berubah menjadi produk, menjadi manfaat, menjadi solusi,” tegas Madyan.

Langkah hilirisasi dan komersialisasi ini memperkuat posisi UNAIR sebagai kampus riset yang berorientasi hasil, bukan sekadar publikasi.

Tak hanya di ranah akademik, UNAIR juga dikenal sebagai kampus dengan ekosistem kewirausahaan muda yang tumbuh cepat. Melalui ATAVI (Airlangga Start-up and Innovation) dan Airlangga Start-up Center (ASC), UNAIR kini memiliki lebih dari 50 start-up binaan lintas disiplin, yang memadukan sains, teknologi, dan nilai kemanusiaan.

Start-up binaan kami bergerak di bidang kesehatan, bioteknologi, agrikultur, pangan, hingga teknologi digital dan lingkungan,” jelasnya. “ATAVI bukan hanya tempat belajar bisnis, tetapi wadah menumbuhkan ide-ide yang memberi dampak langsung bagi masyarakat.” tambahnya.

Melalui program bootcamp, mentoring, dan business matching, UNAIR membangun generasi wirausaha riset yang siap bersaing di kancah global. Bagi Prof. Madyan, semua capaian spektakuler ini hanyalah bagian dari perjalanan panjang menuju UNAIR yang benar-benar berdampak.

“Tidak ada keberhasilan tanpa kebersamaan. Semua ini adalah hasil dedikasi dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan, alumni, dan mitra,” ujarnya. “Semoga di usia ke-71, UNAIR semakin unggul, semakin berdaya saing, dan terus membawa kemaslahatan bagi bangsa serta dunia.” imbuhnya.

Dari tepi Kalimas di Surabaya, UNAIR terus melangkah. Ilmu tak lagi hanya dipelajari, tetapi dihidupkan, dibagikan, dan dirasakan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *