Napan, – Di ujung timur Indonesia, di antara sunyi ladang kering dan angin perbatasan yang berhembus pelan, harapan tumbuh dari gotong royong dan ketulusan. Prajurit Satgas Pengamanan Perbatasan (Pamtas) RI–RDTL Sektor Barat dari Batalyon Arhanud 15/DBY tak hanya berdiri sebagai penjaga negeri, tapi juga hadir sebagai saudara yang ikut membangun masa depan warganya.
Di Dusun Oelfaub, Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), tiga prajurit Pos Napan yang dipimpin oleh Serda Zidni menyingsingkan lengan baju, memikul batu dan pasir, membantu membangun rumah milik Bapak Apri Kolo (57). Rumah sederhana itu menjadi simbol perjuangan, tempat berteduh yang begitu dinantikan sebelum musim hujan tiba.
“Kalau bukan karena mereka, mungkin rumah ini belum akan berdiri. Kami bukan hanya dibantu tenaga, tapi juga semangat dan harapan,” ucap Bapak Apri lirih, matanya berkaca-kaca menyaksikan para prajurit bekerja tanpa lelah di bawah terik matahari.
Bagi Satgas Pamtas RI–RDTL, ini bukan sekadar tugas atau kegiatan rutin. Karya bhakti seperti ini adalah bentuk nyata kepedulian—bahwa keamanan bukan hanya soal senjata, tapi juga soal empati, kerja sama, dan cinta tanah air.
“Kami ingin kehadiran kami terasa dekat, bukan sekadar menjaga batas negara, tapi juga menyentuh hati warga perbatasan,” ujar Serda Zidni dengan senyum tulus, Rabu (30/4/2025).
Warga Dusun Oelfaub menyambut kehadiran Satgas dengan antusias. Bagi mereka, para prajurit bukan hanya aparat berseragam, tetapi sahabat yang ikut memikul beban dan merayakan harapan. Dalam peluh yang jatuh dan tawa yang terdengar di sela adukan semen, terselip pesan sederhana: negara hadir—dan peduli.
Di perbatasan yang jauh dari gemerlap kota, cinta tanah air hadir dalam bentuk yang paling murni: gotong royong, ketulusan, dan rasa kemanusiaan yang tak pernah lekang oleh waktu.
(Barat/Sulaiman)
